Cerpen Kacamata Karya Ziya Idrus

karya Ziya Idrus


Ketika melihat jam di ponsel, saya pun bergegas bangun dari kasur. Teringat bahwa harus mengantar tabung gas pagi ini ke kantor desa. Pas ganti baju dan mau lekas pergi, saya mencari sesuatu yang sangat berharga bagi saya. Di bupet, di meja laptop, di dalam lemari, di atas meja kamar tidak membuahkan hasil alias nihil.

Cerpen kacamata karya Ziya Idrus
Ilustrasi Pixabay

Aduh, kemana ya kacamata itu, saya tidak bisa pergi kemana-mana tanpa barang itu, gumamku pelan pada diri sendiri. Anak laki-laki saya keluar dari kamar, dia sedang mengucek mata, baru saja bangun tidur. Dia keheranan melihat saya mencari-cari sesuatu. Lantas dia bertanya.

"Cari apa, Mak?"

"Kacamata Mamak kemana ya? Apa kau lihat?" tanya saya balik.

"Ndak tahu Mak, coba Mak cari dulu siapa tahu ketemu," jawabnya lagi lalu bergegas ke toilet karena sakit perut.

 

Tak lama kemudian anak laki-laki saya keluar lagi, setelah buang hajatnya. 

"Sudah ketemu Mak?"

"Belum lagi nih, coba kau tolong Mamak cari, pusing kepala Mamak."

"Mamak simpan dimana?"

"Kalau Mamak tahu tak mungkin Mamak pusing cari, ah pertanyaan kau ini." Saya mulai kesal.


Jam sudah lewat pukul tujuh, kacamata masih belum ketemu lagi, kalau seperti ini bagaimana saya bisa pergi. Sesaat saya ke kamar tidur, membangunkan suami dan bertanya.

"Abah ada lihat kacamata umi tidak?"

"Ndak ada, memangnya simpan di mana?"

"Lah kalau saya tahu tak mungkin tanya?" Saya mulai kesal lagi, sebab apa kalau kacamata itu tidak ketemu, saya tidak bisa pakai motor, kan repot juga.


Akhirnya saya minta suami pergi ke desa mengantar tabung gas karena sudah terjadwal. Saya masih mencari sampai suami saya pulang kacamata itu belum ketemu lagi.


Suami saya, anak laki-laki saya pun kebagian repotnya mencari kacamata di pagi hari.

"Umi simpan di mana?" tanya suami.

"Kalau saya tahu, tidak mau minta carikan abah?"

"Coba ingat-ingat terakhir pakainya kapan?"

"Entah, sudah mengingat tapi masih lupa di mana saya menyimpannya."

"Aduh susah juga kalau begitu."


Sampai sekarang kacamata itu masih belum ketemu, kalau bukan karena puasa saya sudah mengamuk sambil teriak-teriak. Saya pun terbaring sambil berpikir kemana kacamata itu saya simpan. Menenangkan diri dan bergumam dalam hati, sabar ya sabar kalau rezeki Allah akan tunjukkan. Si kacamata pun masih bersembunyi dengan damai.


***

Ziya Idrus FLP Kalbar

Ziya Idrus, seorang penulis yang berasal dari tanah bertuah tepatnya Sukadana Kayong Utara. Memiliki hobi menulis sejak di bangku sekolah. Baru satu buah buku yang dihasilkan "Berdamai dengan Diri Sendiri", lainnya berupa 50-an lebih antologi bersama para penulis nasional.

Senang ikut event dari beberapa penerbit dan sekarang sedang merangkak ingin melahirkan buku solo lagi. @ziya.idrus347 adalah salah satu akun instagramnya yang bisa dikepoin, penulis juga suka mencari teman, dengan tujuan memperluas wawasan terlebih di dunia kepenulisan.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.